Tetangga
|
1. Dari Ibnu Umar dan Aisyah radhiallahu 'anhuma,
keduanya berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda:"Tidak henti-hentinya Jibril
memberikan wasiat kepadaku supaya berbuat baik kepada tetangga, sehingga saya
menyangka seolah-olah Jibril akan memasukkan tetangga sebagai ahli waris -yakni
dapat menjadi ahli waris dan tetangganya." (Muttafaq
'alaih)
2.. Dari Abu Zar r.a., katanya: "Rasulullah
s.a.w. bersabda: "Hai Abu Zar, jikalau engkau memasak kuah, maka perbanyaklah
airnya dan saling berjanjilah dengan tetangga-tetanggamu - untuk saling
beri-memberikan." (Riwayat Muslim)
3. Dari Abu Hurairah r.a. bahawasanya Nabi s.a.w.
bersabda:"Demi Allah, tidaklah beriman; demi Allah, tidaklah beriman; demi
Allah, tidaklah beriman!" Beliau s.a.w. ditanya: "Siapakah, ya Rasulullah."
Beliau s.a.w. menjawab: "Iaitu orang yang tetangganya tidak aman akan
kejahatannya - tipuannya." (Muttafaq 'alaih)
4. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya:
"Rasulullah s.a.w. bersabda:"Hai wanita- wanita muslimat, janganlah seseorang
tetangga itu menghinakan kepada tetangganya yang lain, sekalipun yang
dihadiahkan itu berupa kaki kambing." (Muttafaq 'alaih)
5. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahawasanya
Rasulullah s.a.w. bersabda:"Janganlah seseorang tetangga itu melarang
tetangganya yang lain untuk menancapkan kayu di dindingnya -untuk pengukuh atap
dan lain-lain."Abu Hurairah r.a. lalu berkata: "Mengapa engkau semua saya lihat
nampaknya menentang dari sunnah - peraturan Nabi s.a.w. -ini? Demi Allah,
nescayalah akan saya lemparkan sunnah itu antara bahu- bahumu - maksudnya: Saya
paksakan untuk diterimanya, sekalipun nampaknya berat dilakukan." (Muttafaq
'alaih)
6. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahawasanya
Rasulullah s.a.w. bersabda:"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, maka janganlah menyakiti tetangganya - baik dengan kata-kata atau
perbuatan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah memuliakan tetangganya dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau - kalau tidak dapat berkata
baik - maka hendaklah berdiam saja - yakni jangan malahan berkata yang tidak
baik." (Muttafaq 'alaih)
7.Dari Abu Syuraih al-Khuza'i r.a. bahawasanya
Nabi s.a.w. bersabda:"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah berbuat baik kepada tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, maka hendaklah memuliakan tamunya dan barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata yang baik atau
hendaklah berdiam saja."Diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan lafaz seperti di
atas ini dan Imam Bukhari meriwayatkan sebahagiannya.
Keterangan:
Hadis di atas, juga yang ada di bawahnya itu,
mengandungi pengertian bahawa jika kita ingin dianggap sebagai seorang mu'min
yang benar-benar sempurna keimanannya, maka tiga hal ini wajib kita laksanakan
dengan baik.
(a) Jangan menyakiti tetangga, tetapi hendaknya berbuat
baik kepadanya, termasuk di dalamnya tetangga yang dekat atau yang jauh, ada
hubungan kekeluargaan atau tidak, juga tanpa pandang apakah ia seorang Muslim
atau kafir. Ringkasnya semua diperlakukan sama dalam soal
ketetanggaan.
(b) Memuliakan tamu, baik yang kaya ataupun yang miskin,
yang sudah kenal atau belum, kenalnya sudah lama atau baru saja bertemu dan
berkenalan, seagama ataupun tidak dan lain-lain, bahkan musuh pun kalau datang
ke tempat kita, wajib pula kita muliakan sebagai tamu.
Cara memuliakannya ialah dengan jalan menampakkan wajah
yang manis, berseri-seri di mukanya, berbicara dengan sopan, menyatakan gembira
atas kedatangannya dan segera memberikan jamuan sepatutnya bila mana ada, tanpa
memaksa-maksakan diri atau mengada-adakan, sehingga berhutang dan
lain-lain.
(c) Kalau dapat mengeluarkan kata-kata yang baik, itulah
yang sebagus-bagusnya untuk dijadikan bahan percakapan. Tetapi jika tidak dapat
berbuat sedemikian, lebih baik berdiam diri saja.
Dalam mengulas sabda Rasulullah s.a.w. yang terakhir
ini. Imam as-Syafi'i r.a. berkata: "Jadi hendaknya difikirkan sebelumnya perihal
apa yang hendak dikatakan itu. Manakala memang baik untuk dikeluarkan, maka yang
terbagus sekali ialah berkata- kata yang baik tersebut. Maksudnya kata-kata yang
baik ialah yang tidak akan menyebabkan timbulnya kerosakan atau permusuhan,
serta tidak pula akan menjurus ke arah pembicaraan yang diharamkan oleh syariat
ataupun dimakruhkan. Inilah yang dianggap sebagai kata-kata yang memang
betul-betul baik. Tetapi sekiranya akan membuat keonaran, permusuhan dan
kekacauan atau akan menjurus kepada pembicaraan yang keruh, apalagi yang haram,
maka di situlah tempatnya kita tidak boleh berbicara dan lebih baik berdiam diri
saja."
8. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Saya
berkata: Ya Rasulullah, sesungguhnya saya itu mempunyai dua orang tetangga, maka
kepada yang manakah di antara keduanya itu yang saya beri hadiah? "Rasulullah
s.a.w. menjawab: "Kepada yang terdekat pintunya denganmu." (Riwayat
Bukhari)
9. Dari Abdullah bin Amr radhiallahu 'anhuma,
katanya: ''Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Sebaik-baiknya kawan di sisi Allah Ta'ala ialah yang
terbaik hubungannya dengan kawannya dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah
Ta'ala ialah yang terbaik pergaulannya dengan tetangganya."Diriwayatkan oleh
Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahawa ini adalah Hadis hasan
No comments:
Post a Comment
terimakasih komentarnya,, disarankan komentar sopan, dan setiap komentar ditanggung sendiri-sendiri