MUTIARA NASEHAT HADHRATUS SYAIKH KH. M. HASYIM ASY’ARI
Kumpulan Foto Ulama dan Habaib
Diterjemahkan dari kitab al-Mawa’idz karya Hadhratus Syaikh KH. M.
Hasyim Asy’ari Pendiri Nahdlatul Ulama, Pengasuh Pondok Pesantren
Tebuireng Jombang. Bismillahirrahmanirrahim...
(Risalah ini) dari makhluk yang termiskin, bahkan pada hakikatnya dari
orang yang tidak punya sesuatu apapun, Muhammad Hasyim Asy’ari semoga
Allah Swt. mengampuni keturunannya dan seluruh umat muslim. Kepada
teman-teman yang mulia penduduk tanah Jawa dan sekitarnya, baik ulama
maupun masyarakat umum. Assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Sungguh telah sampai kepadaku (sebuah kabar) bahwa api fitnah dan
pertikaian telah terjadi di antara kalian semua. Kurenungkan sejenak
apakah kiranya penyebab dari itu semua. Kemudian aku berkesimpulan bahwa
penyebab itu semua adalah karena masyarakat zaman sekarang telah banyak
yang mengganti dan merubah kitab Allah Swt. dan Sunnah Rasulullah Saw.
Allah Swt. berfirman dalam surat al-Hujurat ayat 10: “Orang-orang
beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu.” Sementara masyarakat
sekarang menjadikan orang mukmin sebagai musuh dan tidak ada upaya untuk
mendamaikan di antara mereka, bahkan ada kecenderungan untuk
merusaknya. Rasulullah Saw. bersabda: “Jangan kalian saling menebar iri
dengki, jangan kalian saling membenci dan jangan saling bermusuhan.
Jadilah kalian bersaudara wahai hamba-hamba Allah Swt.”
Sementara masyarakat zaman sekarang saling iri dengki, saling membenci,
saling bersaing (dalam urusan dunia) dan akhirnya mereka menjadi
bermusuhan. Wahai para ulama yang fanatik terhadap sebagian madzhab dan
pendapat. Tinggalkanlah fanatik kalian dalam urusan-urusan far’iyyah
(tidak fundamental) yang di dalamnya ulama (masih) menawarkan dua
pendapat, yaitu pendapat yang mengatakan bahwa “Setiap mujtahid
(niscaya) benar”. Serta pendapat yang mengatakan “Mujtahid yang benar
(pasti hanya) satu, namun (mujtahid) yang salah tetap mendapat pahala”.
Tinggalkanlah fanatik (kalian) dan tinggalkanlah jurang yang akan
merusak kalian. Lakukanlah pembelaan terhadap agama Islam, berjuanglah
kalian untuk menangkis orang-orang yang mencoba melukai al-Qur an dan
sifat-sifat Allah Swt. Berjuanglah kalian untuk menolak orang-orang yang
berilmu sesat dan akidah yang merusak. Jihad untuk menolak mereka
adalah wajib. Dan sibukkanlah dirimu untuk senantiasa berjihad melawan
mereka. Wahai manusia! Di antara kalian ada orang-orang kafir
yang memenuhi negeri ini, maka siapa lagi yang yang bisa diharapkan
bangkit untuk mengawasi mereka dan serius untuk menunjukkannya ke jalan
yang benar? Wahai para ulama, untuk urusan seperti ini (baca;
membela al-Qur an dan menolak orang yang menodai agama), maka
bersungguh-sungguhlah kalian dan silakan kalian berfanatik. Adapun
fanatik kalian untuk urusan-urusan agama yang bersifat far’iyyah dan
mengarahkan manusia ke madzhab tertentu atau pendapat tertentu, maka itu
adalah suatu hal yang tidak akan diterima Allah Swt. dan tidak senangi
oleh Rasulullah Saw. Yang membuat kalian semua bertindak
seperti itu tiada lain kecuali hanya kefanatikan kalian (terhadap
madzhab tertentu), bersaing dalam bermadzhab dan saling hasud. Sungguh,
kalau saja Imam Syafi’i, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad, Ibnu
Hajar dan Imam Ramliy masih hidup, maka pasti mereka akan sangat ingkar
dan tidak sepakat atas (perbuatan) kalian dan tidak mau bertanggung
jawab atas apa yang kalian perbuat. Kalian mengingkari sesuatu
yang masih dikhilafi para ulama, sementara kalian melihat banyak orang
yang tak terhitung jumlahnya, meninggalkan shalat yang hukumannya
menurut Imam Syafi’i, Imam Malik dan Imam Ahmad adalah potong leher. Dan
kalian tidak mengingkarinya sedikitpun. Bahkan ada di antara kalian
yang telah melihat banyak melihat tetangganya tidak ada yang
melaksanakan shalat, tapi diam seribu bahasa. Lantas bagaimana
kalian mengingkari sebuah urusan far’iyyah yang terjadi perbedaan
pendapat di antara ulama? Sementara pada saat yang sama kalian tidak
(pernah) mengingkari sesuatu yang (nyata-nyata) diharamkan agama seperti
zina, riba, minum khamar dll. Sama sekali tidak pernah
terbersit dalam benak kalian untuk terpanggil (mengurusi) hal-hal yang
diharamkan Allah Swt. Kalian hanya terpanggil oleh rasa fanatisme kalian
kepada Imam Syafi’i dan Imam Ibnu Hajar. Yang hal itu akan menyebabkan
tercerai-berainya persatuan kalian, terputusnya hubungan keluarga
kalian, terkalahkannya kalian oleh orang yang bodoh-bodoh, jatuhnya
wibawa kalian di mata masyarakat umum dan harga diri kalian akan jadi
bahan omongan orang-orang yang tolol dan akhirnya kalian akan (membalas)
merusak mereka sebab gunjingan mereka seputar kalian. (Itu semua
terjadi) karena daging kalian telah teracuni dan kalian telah merusak
diri kalian dengan dosa-dosa besar yang kalian perbuat. Wahai
para ulama, apabila kalian melihat orang yang mengamalkan pendapat dari
para imam ahli madzhab yang memang boleh untuk diikuti, walaupun
pendapat itu tidak unggul, apabila kalian tidak sepakat dengan mereka,
maka jangan kalian menghukuminya dengan keras, tapi tunjukkanlah mereka
dengan lembut. Dan apabila mereka tidak mau mengikuti anjuran kalian,
maka jangan sekali-sekali kalian menjadikan mereka sebagai musuh.
Perumpamaan orang-orang yang melakukan hal di atas adalah seperti orang
yang membangun gedung tapi merobohkan tatanan kota. Jangan
kalian jadikan keengganan mereka untuk mengikuti kalian, sebagai alasan
untuk perpecahan, pertikaian dan permusuhan. Sesungguhnya perpecahan,
pertikaian dan permusuhan adalah kejahatan yang mewabah dan dosa besar
yang bisa merobohkan tatanan kemasyarakatan dan bisa menutup pintu
kebaikan. Untuk itu, Allah Swt. melarang hambaNya yang mukmin
dari pertentangan dan Allah Swt. mengingatkan mereka bahwa akibatnya
sangat buruk serta ujung-ujungnya sangat menyakitkan. Allah Swt.
berfirman dalam surat al-Anfal ayat 46: “Dan janganlah kamu
berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang
kekuatanmu.” Wahai orang-orang muslim, sesungguhnya di dalam
tragedi yang terjadi hari-hari ini, ada ‘ibrah (hikmah) yang banyak
serta nasehat yang sangat layak diambil oleh orang yang cerdas dari
hanya mendengarkan mau’idzahnya para penceramah dan nasehatnya pada
mursyid. Ingatlah bahwa kejadian di atas adalah merupakan
kejadian yang setiap saat akan selalu menghampiri kita. Maka apakah bagi
kita bisa mengambil ‘ibrah dan hikmah? Dan apakah kita sadar dari lelap
dan lupa kita? Dan kita mesti sadar, kebahagiaan kita itu
tergantung dari sifat tolong menolong kita, persatuan kita, kejernihan
hati kita dan keikhlasan sebagian dari kita kepada yang lain. Ataukah
kita tetap berteduh di bawah perpecahan, pertikaian, saling menghina,
hasud dan kesesatan? Sementara agama kita satu, yaitu Islam dan madzhab
kita satu, yaitu Imam Syafi’i dan daerah kita juga satu yaitu Jawa. Dan
kita semua adalah pengikut Ahlussunnah wal Jama’ah. Maka demi
Allah Swt., sesungguhnya perpecahan, pertikaian, saling menghina dan
fanatik madzhab adalah musibah yang nyata dan kerugian yang besar.
Wahai orang-orang Islam, bertaqwalah kepada Allah Swt. dan kembalilah
kalian semua kepada Kitab Tuhan kalian. Dan amalkan Sunnah Nabi kalian
serta ikutilah jejak para pendahulu kalian yang shaleh-shaleh. Maka
kalian akan berbahagia dan beruntung seperti mereka.
Bertaqwalah kepada Allah Swt. dan damaikanlah orang-orang yang berseteru
di antara kalian. Saling tolong menolonglah kalian atas kebaikan dan
taqwa. Jangan saling tolong menolong atas dosa dan aniaya, maka Allah
Swt. akan melindungi kalian dengan rahmatNya dan akan menebarkan
kebaikanNya. Jangan seperti orang yang berkata: “Aku mendengarkan”
padahal mereka tidak mendengarkan. Wassalamu fi al-mabda’ wa al-khitam. Sya’roni As-Samfuriy, Tegal 29 Maret 2013
No comments:
Post a Comment
terimakasih komentarnya,, disarankan komentar sopan, dan setiap komentar ditanggung sendiri-sendiri
No comments:
Post a Comment
terimakasih komentarnya,, disarankan komentar sopan, dan setiap komentar ditanggung sendiri-sendiri