A. Pengantar
Keluarga
merupakan suatu wadah dimana orang-orang berkumpul dan membentuk suatu kesatuan
, keluarga sebagai tempat orang-orang bisa bercerita, bercanda, dan melakukan
aksi-aksi sosial lainnya. Biasanya kita mengenal keluarga sebagai saudara yang
terikat secara lahiriah dan batiniah, seperti contoh : ayah, ibu, dan anak.
Mereka disebut keluarga terikat secara lahiriah dan batiniah. Akan tetapi,
dalam suatu masyarakat, keluarga memiliki peranan penting, mereka berkumpul dan
membentuk suatu kelompok/komunitas yang akhirnya mereka anggap sebagai
keluarga.
Keluarga juga merupakan suatu komunitas kecil sebelum menjadi masyarakat. Mereka dapat berkembang atau menghasilkan keturunan secara terus-menerus sehingga membentuk keluarga besar. Di Indonesia dikenal dengan penduduk yang ramah tamah dan memiliki sikap kekeluargaan yang kuat, gotong royong serta kepedulian terhadap sesama bangsa Indonesiadari Sabang sampai Merauke, dalam arti khusus keluarga dapat diartikan untuk membantu satu sama lainnya, tidak memiliki sikap ego, pelit, dan sombong, berarti keluarga bukan hanya diartikan sebagai satu perkumpulan kecil anggota masyarakat tetapi dapat diartikan sebagai sikap toleransi dan menjunjung tinggi kebersamaan yang kuat.
Keluarga juga merupakan suatu komunitas kecil sebelum menjadi masyarakat. Mereka dapat berkembang atau menghasilkan keturunan secara terus-menerus sehingga membentuk keluarga besar. Di Indonesia dikenal dengan penduduk yang ramah tamah dan memiliki sikap kekeluargaan yang kuat, gotong royong serta kepedulian terhadap sesama bangsa Indonesiadari Sabang sampai Merauke, dalam arti khusus keluarga dapat diartikan untuk membantu satu sama lainnya, tidak memiliki sikap ego, pelit, dan sombong, berarti keluarga bukan hanya diartikan sebagai satu perkumpulan kecil anggota masyarakat tetapi dapat diartikan sebagai sikap toleransi dan menjunjung tinggi kebersamaan yang kuat.
B. PENGERTIAN KELUARGA
1. Secara Etimologi : Keluarga berasal dari
bahasa Sansekerta "kulawarga". Kata kula
berarti "ras" dan warga yang berarti "anggota".
Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang masih memiliki
hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari
sejumlah individu, memiliki
hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara
individu tersebut
2. Dalam pengertian sosiologis,
secara umum keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok dari
orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, atau adopsi,
merupakan susunan rumah tangga sendiri, berinteraksi dan berkomunikasi satu
sama lain yang menimbulkan peranan-peranan sosial bagi suami istri, ayah dan
ibu, putra dan putrinya, saudara laki-laki dan perempuan serta merupakan
pemeliharaan kebudayaan bersama. Jadi keluarga merupakan kesatuan sosial yang
terikat oleh hubungan darah dan masing-masimg anggotanya mempunyai peranan yang
berlainan sesuai dengan fungsinya.
3. Dalam pengertian psikologis,
keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal
bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga
terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri
(Soelaeman,1994:5-10).
4. Dalam pengertian pedagogis,
keluarga adalah “satu” persekutua hidup yang dijalin oleh kasih saying antara
dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan bermaksud untuk saling
menyempurnakan diri. Dalam usaha saling melengkapi dan saling menyempurnakan
diri itu terkandung perealisasian peran dan fungsi sebagai orang tua
(Soelaeman,1994:12).
Kalau kita mempersempit pengertiannya, keluarga dapat
diartikan sebagai sekumpulan orang-orang yang bertempat tinggal dalam satu atap
rumah dimana satu sama lainnya saling ketergantungan (BKKBN, 1990:37). Dari
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dikatakan keluarga adalah mereka
yang tinggal di dalam satu rumah atau satu atap baik itu adanya ikatan darah
maupun bukan ikatan darah. Jadi dalam hal ini, pengertian keluarga dibatasi
oleh tempat tinggal.
Sedangkan menurut S. Bogardus menyatakan bahwa: Keluarga
adalah kelompok terkecil yang biasanya terdiri dari seorang ayah dengan seorang
ibu serta satu atau lebih anak-anak. Dimana ada keseimbangan, kselarasan kasih
sayang dan tanggung jawab serta anak menjadi orang yang berkepribadian dan
berkecenderungan untuk bermasyarakat (S. Bogardus, 1982:57).
Keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan
wanita (Sigmund Freud). Bahwa perkawinan itu berdasarkan pada libido
seksualitas, jadi keluarga itu merupakan manifestasi daripada dorongan seksual,
sehingga kehidupan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami istri. Jadi
keluarga itu merupakan perwujudan dari adanya perkawinan antara pria dan
wanita, sehingga keluarga itu merupakan perwujudan dorongan seksual.
Keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal individu
sangat berpengaruh langsung terhadap perkembangan individu sebelum atau sesudah
terjun langsung secara individual di masyarakat.
Keluarga adalah sebagai jenjang dan perantara pertama
dalam transmisi kebudayaan (Soerya Wangsanegara).
Keluarga adalah unit/satuan masyarakat kecil yang
sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dari masyarakat (Soerjono Soeharto)
C. FUNGSI - FUNGSI KELUARGA
Dalam kehidupan keluarga sering kita jumpai adanya pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan. Suatu pekerjaan atau tugas yang harus dikerjakan disebut fungsi.
Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh keluargaitu.
Adapun fungsi-fungsi keluarga yang berhubungan dengan sistem sosial yang luas adalah sebagai berikut:
Dalam kehidupan keluarga sering kita jumpai adanya pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan. Suatu pekerjaan atau tugas yang harus dikerjakan disebut fungsi.
Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh keluargaitu.
Adapun fungsi-fungsi keluarga yang berhubungan dengan sistem sosial yang luas adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Reproduksi
Keluarga pada hakekatnya mempunyai fungsi sebagai generasi penerus, yang dalam arti bahwa sesungguhnya setiap keluarga mempunyai keinginan untuk memounyai anak dalam mempertahankan kelangsungan keturunan keluarga tersebut.
Keluarga pada hakekatnya mempunyai fungsi sebagai generasi penerus, yang dalam arti bahwa sesungguhnya setiap keluarga mempunyai keinginan untuk memounyai anak dalam mempertahankan kelangsungan keturunan keluarga tersebut.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi ialah proses belajar, bersikap, berperilaku, dan berkehendak mengenai aturan-aturan, norma-norma dan tata nilai di dalam kelompoknya. Dengan kata lain sosialisasi ini merupakan proses memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai, norma-norma baru di dalam masyarakat.
Keluarga merupakan fungsi sosialisasi bagi anggota keluarga terutama anak, karena pertama kali anak dilahirkan adalah di dalam keluarga yang merupakan lembaga pertama dan utama. Pertama kali anak mengenal akan aturan, norma, dan tata nilai adalah di dalam keluarga. Bagaimana si anak mengetahui peran dan statusnya di masyarakat, keluargalah yang mengajarinya. Hal ini diajarkan oleh keluarga kepada anak agar anak dapat memainkan peran dan statusnya dengan benar di dalam masyarakat.
Keluarga memiliki fungsi dalam masyarakat khususnya antara lain :
- Menjaga keharmonisan antar sesama.
- Membuat stabilitas terhadap seluruh aspek kegiatan masyarakat.
- Menciptakan suasana kebersamaan yang kuat
- Membantu sesama bagi yang memiliki kesulitan
- Mengatur perekonomian dalam masyarakat.
- memecahkan masalah secara bersama-sama.
Sosialisasi ialah proses belajar, bersikap, berperilaku, dan berkehendak mengenai aturan-aturan, norma-norma dan tata nilai di dalam kelompoknya. Dengan kata lain sosialisasi ini merupakan proses memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai, norma-norma baru di dalam masyarakat.
Keluarga merupakan fungsi sosialisasi bagi anggota keluarga terutama anak, karena pertama kali anak dilahirkan adalah di dalam keluarga yang merupakan lembaga pertama dan utama. Pertama kali anak mengenal akan aturan, norma, dan tata nilai adalah di dalam keluarga. Bagaimana si anak mengetahui peran dan statusnya di masyarakat, keluargalah yang mengajarinya. Hal ini diajarkan oleh keluarga kepada anak agar anak dapat memainkan peran dan statusnya dengan benar di dalam masyarakat.
Keluarga memiliki fungsi dalam masyarakat khususnya antara lain :
- Menjaga keharmonisan antar sesama.
- Membuat stabilitas terhadap seluruh aspek kegiatan masyarakat.
- Menciptakan suasana kebersamaan yang kuat
- Membantu sesama bagi yang memiliki kesulitan
- Mengatur perekonomian dalam masyarakat.
- memecahkan masalah secara bersama-sama.
c. Fungsi afeksi
Keluarga memberikan cinta dan kasih, dalam arti bahwa di dalam keluarga ada rasa kasih sayang dan cinta kasih antar sesama anggota keluarga. Sehingga terdapat ikatan batin yang kuat di dalam keluarga. Karena pada dasarnya dalam kehidupan manusia, tidak hanya kebutuhan lahiriah saja yang harus dipenuhi tetapi kebutuhan rohani juga sangat penting karena akan berpengaruh pada perilaku.
Keluarga memberikan cinta dan kasih, dalam arti bahwa di dalam keluarga ada rasa kasih sayang dan cinta kasih antar sesama anggota keluarga. Sehingga terdapat ikatan batin yang kuat di dalam keluarga. Karena pada dasarnya dalam kehidupan manusia, tidak hanya kebutuhan lahiriah saja yang harus dipenuhi tetapi kebutuhan rohani juga sangat penting karena akan berpengaruh pada perilaku.
d. Fungsi Proteksi
Keluarga juga sebagai lembaga yang memberikan perlindungan bagi anggota keluarganya, sehingga akan menimbulkan rasa aman dan tentram.
Keluarga juga sebagai lembaga yang memberikan perlindungan bagi anggota keluarganya, sehingga akan menimbulkan rasa aman dan tentram.
e. Fungsi Ekonomi
Keluarga mempunyai fungsi sebagai alat ekonomi untuk mencari nafkah dan mengatur keluarganya. Di dalam keluarga juga terdapat kegiatan ekonomi, seperti kegiatan produksi dan konsumsi.
Keluarga mempunyai fungsi sebagai alat ekonomi untuk mencari nafkah dan mengatur keluarganya. Di dalam keluarga juga terdapat kegiatan ekonomi, seperti kegiatan produksi dan konsumsi.
f. Fungsi Religius
Keluarga mempunyai fungsi untuk meletakkan dan menanamkan dasar-dasar agama bagi anak dan anggota keluarga.
Keluarga mempunyai fungsi untuk meletakkan dan menanamkan dasar-dasar agama bagi anak dan anggota keluarga.
g. Fungsi Pendidikan
Keluarga mempunyai fungsi untuk mendidik anak-anak sebelum masuk sekolah secara formal.
Keluarga mempunyai fungsi untuk mendidik anak-anak sebelum masuk sekolah secara formal.
h. Fungsi Rekreasi
Keluarga mempunyai fungsi untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anggota keluarganya.
Keluarga mempunyai fungsi untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anggota keluarganya.
D. PERANAN KELUARGA
1. Peranan
Keluarga dalam Masyarakat Indonesia.
Dalam suatu wadah kecil dimana orang-orang dapat berkumpul dan berbagi cerita, keluarga memiliki peranan yang sangat kuat dalam masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia sendiri. Sebagian besar warga Indonesia memiliki jiwa sosial dan gotong-royong yang kuat. Sebagai salah satu contohnya dalam merayakan hari raya Idul Fitri dimana orang-orang/para tetangga saling bermaaf-maafan dengan keliling kampung tanpa adanya perbedaan kasta. Tetapi mengapa di negara kita ini masih banyak diskriminasi dan perselisihan antar suku, agama, dll, walaupun negara kita disebut sebagai negara yang bermatabat tinggi dan memiliki etika yang kuat? Karena masih adanya oknum-oknum yang menuntut kebebasan dan rasa ketidakpuasaan terhadap keadaan negara kita ini, meskipun kita negara besar tetapi kita memiliki tingkat kemiskinan penduduk yang tinggi sehingga dapat menimbulkan perpecahan suku dan pertikaian yang terjadi, ada juga yang ingin merusak persaudaraan di negeri tercinta ini, Jadi dengan keluargalah kita dapat merasakan gotong-royong dan kebersamaan yang kuat sehingga membentuk rasa nasionalisme yang tinggi terhadap negara kita.
Dalam suatu wadah kecil dimana orang-orang dapat berkumpul dan berbagi cerita, keluarga memiliki peranan yang sangat kuat dalam masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia sendiri. Sebagian besar warga Indonesia memiliki jiwa sosial dan gotong-royong yang kuat. Sebagai salah satu contohnya dalam merayakan hari raya Idul Fitri dimana orang-orang/para tetangga saling bermaaf-maafan dengan keliling kampung tanpa adanya perbedaan kasta. Tetapi mengapa di negara kita ini masih banyak diskriminasi dan perselisihan antar suku, agama, dll, walaupun negara kita disebut sebagai negara yang bermatabat tinggi dan memiliki etika yang kuat? Karena masih adanya oknum-oknum yang menuntut kebebasan dan rasa ketidakpuasaan terhadap keadaan negara kita ini, meskipun kita negara besar tetapi kita memiliki tingkat kemiskinan penduduk yang tinggi sehingga dapat menimbulkan perpecahan suku dan pertikaian yang terjadi, ada juga yang ingin merusak persaudaraan di negeri tercinta ini, Jadi dengan keluargalah kita dapat merasakan gotong-royong dan kebersamaan yang kuat sehingga membentuk rasa nasionalisme yang tinggi terhadap negara kita.
2. Peranan
Keluarga sebagai Pondasi Masyarakat Muslim.
Dalam proses pendidikan seorang manusia,
ada sebuah tempat belajar terindah yang setiap orang memilikinya. Tempat dimana
ruang-ruang kelasnya hanya terdiri dari beberapa orang, dan tentunya tidak
sebesar kelas-kelas formal di sekolah. Di dalamnya tidak terdapat raport
sebagai media pengukur kemampuan setiap peserta didik, yang ada hanya kasih
sayang dan kesabaran 2 orang pria dan wanita. Buku-bukunya tidak wajib ada,
yang ada hanya konsistensi luar biasa untuk saling mengingatkan dalam kebaikan.
Kurikulumnya pun cenderung tidak sistematis tetapi abstrak dan tidak berbentuk,
terkadang mengajarkan matematika, tetapi beberapa saat mengajarkan biologi,
beberapa saat kemudian mengajarkan kehidupan dan agama. Tempat terindah yang
dimiliki oleh seorang manusia dari pertama kali dia menghirup udara dunia
sampai akhir hayatnya, keluarga.
Rasulullah mencontohkan sebuah tauladan
yang luar biasa mengenai utamanya sebuah keluarga. Hal ini dikuatkan oleh
sebuah hadits yang menceritakan bahwa aisyah menangis ketika beliau
menceritakan kisah hidup Rasulullah dalam keluarganya. Beliau menangis karena
tidak sanggup mengingat kenanga indah seorang suami baik hati seperti
Rasulullah, dimana dia menambal sendiri sepatu yang bolog, menjahit sendiri
baju yang robek, ikut membersihkan rumah bersama-sama istrinya, dan bahkan
membantu memasak untuk keluarganya.
Keluarga
memang memiliki peran yang sangat vital dalam perkembangan kehidupan masyarakat
muslim. Penyebabnya karena keluarga menjadi bekal pembelajaran pertama seorang
muslim sebelum dia terjun ke dalam realita masyarakat yang lebih kompleks. Jika
pembekalan yang dilakukan oleh keluarga baik, maka begitu pula yang akan dia
lakukan kepada dan dalam masyarakat, begitu juga sebaliknya.
Dalam
masyarakat, analogi sel bisa diterpakan dalam logika keluarga. Keluarga dalam
kehidupan masyarakat muslim seperti sebuah sel. Keluarga ibarat sel yang
bermitosis menjadi sebuah jaringan, berkembang menjadi sebuah organ, dan terus
terkait satu sama lain membentuk sebuah sistem yang kompleks. Makin kuat
sel-sel yang ada, maka akan semakin kuat pula jaringan, organ dan sistem yang tercipta.
Analogi seperti itu bisa digunakan dalam logika keluarga. Keluarga muslim, akan
membentuk jaringan keluarga muslim, berkembang menjadi organisasi muslim dan
terkait satu sama lain membentuk sistem kehidupan muslim dalam masyakarakat.
Dengan penjelasan
seperti ini jelas pembentukan keluarga muslim secara kuat akan membentuk dan
berdampak pada pembentukan keluarga muslim yang juga kuat. Oleh karena itu,
pembentukan keluarga muslim yang kuat dinilai sangat penting untuk mencapai
cita-cita tegakna kalimatullah di muka bumi.
3. Peranan
keluarga sebagai pondasi masyarakat madani
Orang sering menyebut-nyebut tentang “masyarakat
madani”. Sebuah gambaran tentang masyarakt sukses yang telah dicontohkan
oleh Nabi Muhammad Saw.
Begitu inginnya masyarakat/ummat berada dalam sebuah
masyarakat yang makmur, aman, tentram dan damai, sehingga segera saja ide untuk
menciptakan masyarakat seperti itu disambut dengan hangat. Sayang sekali tidak
mudah kita menemukan tulisan yang menerangkan cara mencapainya. Bahkan masih banyak
muslimin tidak memahami tahapan-tahapan amal dalam menegakkan Islam, padahal
masyarakat yang diidamkan tadi sebenarnya bukan merupakan tujuan akhir
penegakkan Islam.
Islam menghendaki agar pilar-pilarnya
dibangun pertama kali di dalam dada individuà kemudian di dalam sebuah rumah
tanggaà kemudian dalam sebuah masyarakatà kemudian sebuah negaraà kemudian
sebuah khilafahà kemudian di atas seluruh permukaan bumià sebelum akhirnya
tegak di seluruh alam semesta ini, Insya Allah.
Keluarga merupakan salah satu elemen yang
akan membangun sebuah masyarakat, dan seperti tadi telah disebutkan, menegakkan
Islam dalam keluarga merupakan salah satu tahapan dalam mewujudkan cita-cita
Islam. Dengan pemahaman tentang ini tidak terlalu sulit untuk menyimpulkan
bahwa sebuah keluarga sakinah (Keluarga yang berhasil menurut standar
Islami) adalah cerminan sebuah masyarakat madani. Sedangkan masrakat
madani sendiri merupakan standar Islami tentang sebuah masyarakat yang
”makmur, aman, tentram dan damai”.
Kira-kira apakah ciri-ciri persamaannya dan apakah cara
mewujudkannya juga akan sama dengan cara mewujudkan karakteristik masyarakat
madani ?. Dalam tulisan kali ini Insya Allah akan coba diuraikan beberapa
ciri/karakteristik masyarakat madani yang tumbuh dari kumpulan keluarga
sakinah.
1.
Keluarga
Robbani
Sebagaimana salah satu ciri masyarakat madani
adalah bersifat Robbani, maka keluarga sakinah juga berciri robbani.
Artinya, di dalam keluarga / masyarakat tersebut setiap anggotanya berusaha untuk
berlomba di dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai Perekat utama
keluarga/ masyarakat. Mereka menyadari betul bahwa hanya Allah sajalah yang
pantas di jadikan tempat meminta bagi terwujudnya kebahagiaan bersama. Sebab
mereka meyakini firman Allah sebagai berikut:
“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan)nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan(peliharalah)
hubungan silaturrahim.” (4:1)
Sebuah keluarga sakinah tidak pernah menjadikan
variabel keduniaan sebagai faktor utama munculnya soliditas internal keluarga.
Mereka juga percaya bahwa hanya dengan taqarrub ila Allah (mendekatkan
diri kepada Allah) dan menegakkan aturan Allah sajalah maka kebahagiaan,
kasih-sayang dan kecintaan sejati akan dirasakan di dalam keluarga. Suatu
bentuk kebahagiaan yang tidak dibatasi selama hidup di dunia semata, melainkan
jauh hingga berkumpul kembali di akhirat. Demikian juga dalam masyarakat
madani di mana hukum Allah ditegakkan dengan sempurna.
2.
Keluarga Yang
Cinta Ilmu
"Iqro" (QS. 96 : 1 )Ayat pertama yang turun kepada Nabi kita Saw adalah ayat
tadi: ” Bacalah!”, pelajarilah!
Keluarga sakinah adalah keluarga yang cinta ilmu, seperti
juga masyarakat madani. Mereka saling belajar dan saling mengajarkan, antara
yang tua kepada yang muda maupun sebaliknya. Keluarga yang menghargai ilmu
sehingga menempatkan ahli ilmu di tempat yang dihormati, mencari ilmu dan
mengajarkannya, serta kemudian bersyukur kepada Allah atas ilmu dan berkah
ilmu, dan menggunakannya di jalan Allah. Keluarga sakinah tidak bersikap jumud
maupun liberal dalam mensikapi ilmu. Seorang bapak menganjurkan anaknya untuk
menuntut ilmu, membiayainya, kemudian juga menghormati anaknya yang mau membagi
ilmu itu kepadanya dan siap menerima nasehat anaknya dengan ilmu yang dia (anak
itu) pelajari dari gurunya. Bahkan sebelum itu sang bapak-lah yang mencarikan
guru terbaik untuk anaknya itu. Singkatnya keluarga sakinah/ rabbani
terdiri dari anggota keluarga yang telah manghayati sabda Rasulullah saw
berikut:
“Barangsiapa ingin berhasil di dunia, tuntutlah
ilmu.Barangsiapa ingin berhasil di akhirat, tuntutlah ilmu.Dan barangsiapa
ingin berhasil di dunia dan di akhirat, tuntutlah ilmu.”
Meskipun demikian anggota keluarga sakinah tetap
berpegang pada prinsip : ”pendapat siapapun dapat diterima dan ditolak, kecuali
dari Allah dan RasulNya yang kita terima tanpa keraguan”.
3.
Keluarga Yang
Cinta Damai
Keluarga sakinah, seperti juga
masyarakat madani, selalu berusaha untuk tampil sebagai rahmat bagi
sekelilingnya. Dalam lingkungan yang kecil di dalam keluarga, suasana saling
cinta mendasari hubungan antara mereka. Kakak dan adik saling cinta, bapak dan
ibu menjadi teladan mereka. Bahkan dengan anggota keluarga temporer (misalnya
pembantu rumahtangga) juga disayangi seperti keluarga sendiri, tidak
direndahkan dan dianggap sebagai orang suruhan belaka.
Di lingkungan yang lebih besar di luar rumah, di antara
tetangga, anggota-anggota keluarga sakinah memperlihatkan sikap dan sifat yang
sama, bersikap santun kepada tetangga, tukang jualan, tukang sampah, penunggu
warung, dan siapa saja yang ada di lingkungannya. Anak-anak keluarga sakinah
akan dikenali dari akhlaknya yang santun, menghormati yang tua, menyayangi yang
kecil, tidak suka mengganggu atau merugikan orang lain, jujur ketika berjual beli
dan bertutur-kata. Siapapun yang melihat mereka akan berharap anak mereka-pun
bersikap serupa, karena kesantunan dan kebaikan akhlak mereka. Anak-anak
seperti ini akan menjadi cahaya mata bagi orang tua mereka, bahkan juga bagi
lingkungannya. Siapapun akan bangga memiliki warga seperti mereka. Singkatnya
mereka berusaha meneladani Rasulullah saw dalam hal yang Allah isyaratkan di
dalam firman-Nya:
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (21:107)
4.
Keluarga Yang
Egaliter
Keluarga sakinah selalu berusaha mewujudkan suasana “sama
tinggi sama rendah” di dalam rumah. Setiap anggota keluarga tidak hanya
dikenalkan kewajiban yang harus dipenuhinya, melainkan juga diberitahu akan
hak-hak yang dimilikinya. Baik ayah, suami, ibu, isteri maupun anak-anak bahkan
pembantu menyadari bahwa ia memiliki hak-hak yang perlu dijaga dan dipenuhi.
Dan pihak pertama yang harus memastikan bahwa hak-hak ini terpenuhi adalah
kepala keluarga. Bukanlah sebuah miniatur masyarakat Islami atau madani bila
yang memperoleh pemenuhan hak hanya sang ayah atau suami sedangkan anak dan
isteri hanya punya daftar kewajiban. Misalnya dalam hal saling menasehati.
Bukan hanya ayah kepada anak atau ibu kepada anak atau suami kepada isteri
terdapat hak menasehati. Melainkan sebaliknya hendaknya dipastikan bahwa
anakpun boleh dan dijamin memberikan nasehat kepada orang-tua atau isteri
menasehati suami. Inilah miniatur masyarakat Islami dan madani. Ketika
Umar bin Khattab berdiri di depan ummat pada hari dilantiknya menjadi khalifah,
maka bangunlah seorang lelaki mengangkat pedangnya tinggi-tinggi seraya
berujar: “Hai Amirul mu’minin, seandainya perjalanan kepemimpinanmu melenceng
dari garis ketentuan Allah dan RasulNya, niscaya pedangku ini akan meluruskanmu.”
Maka dengan tawadhu/ rendah hatinya Umar menjawab: “Alhamdulillah ada
seorang lelaki ditengah ummat yang Umar pimpin akan meluruskanku tatkala aku
menyimpang.” Dan pada saat itu tidak ada seorangpun yang menuduh lelaki
tersebut sebagai tidak percaya atau tidak tsiqoh akan kepemimpinan Amirul
mu’minin Umar bin Khattab ra. Justeru ke-tsiqoh-annya kepada Umar
menyebabkan lelaki tersebut begitu leluasanya menyampaikan aspirasi secara asli
dan apa adanya. Hal ini menunjukkan betapa egaliternya suasana masyarakat Islam
kala itu. Dan setiap warga menjadi seperti itu karena lahir dari
keluarga-keluarga yang memang sejak dini menanamkan nilai-nilai egaliter di
rumah masing-masing.
E. DAFTAR PUSTAKA
blessingmefull.blogspot.com/2011/11/fungsi-keluarga-dalam-masyarakat.html
(diakses tanggal 20/12/2011)
community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_7717/title_peran-keluarga-di-masyarakat/
(diakses tanggal 20/12/2011)
eramuslim.com/syariah/benteng-terakhir/keluarga-sakinah-miniatur-masyarakat-madani.htm
(diakses tanggal 20/12/2011)
id.wikipedia.org/wiki/keluarga (diakses tanggal 20/12/2011)
slideshare.net/edypurnomo60/konsep-keluarga-sbg-anggota-masyarakat
(diakses tanggal 20/12/2011)
Tembolok
Google : http://anakbontang.wordpress.com/2010/01/04/keluarga-muslim-sebagai-pondasi-masyarakat-muslim/
(diakses tanggal 20/12/2011)
wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/11/fungsi-keluarga-dalam-masyarakat-2/
(diakses tanggal 20/12/2011)
No comments:
Post a Comment
terimakasih komentarnya,, disarankan komentar sopan, dan setiap komentar ditanggung sendiri-sendiri